top of page

Business Mindset



(Tulisan ini diambil dari buku "How To Start Right" karya Herman Josef SH)


Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba.


Secara historis kata bisnis dari Bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.


Pelaku usaha atau disebut juga dengan pengusaha (entrepreneur) merupakan seseorang yang melakukan kegiatan wirausaha yang mampu memasarkan, mengembangkan, serta mampu mengatur jalannya usaha itu agar dapat bertahan lama dan dapat terus mengeluarkan ide-ide serta inovasi terbaru melalui perkembangan zaman.


Pengertian entrepreneur adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.


BELAJAR DARI WARUNK UPNORMAL

Warunk Upnormal Karawang (Sumber gambar: www.ayopurwakarta.com)


Cerita sukses bisnis Upnormal tidak lepas dari sosok Rex Marino, salah satu bos Warunk Upnormal Grup (Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya). Lulusan Universitas Parahyangan Bandung ini sudah menekuni dunia marketing sejak masih duduk di bangku kuliah, yang kini menjadi Direktur Pemasaran Cira Rasa Prima Group.


Namanya menjadi buah bibir para praktisi pemasaran ketika dia bisa sukses membuat branding keren dari sebuah produk sederhana seperti Indomie dan dijual lebih berharga sesuai kantong anak kafe dengan brand Warunk Upnormal.


Memulai bisnis kuliner di 2013 (sebelumnya menjadi konsultan marketing) dengan membuat Nasi Goreng Mafia bersama teman-temannya Danis Puntoadi, Stefi Kurniadi, Sarita Sutedja dan beberapa orang di Bandung.


Hanya dengan modal Rp100 juta (Rp60 jutanya untuk sewa tempat di Jl. Dipatiukur), dia nekat meninggalkan bisnis konsultan pemasaran dan banting setir menjadi tukang nasi goreng. Nasi Goreng Rempah Mafia namanya.


Dari Nasi Goreng ke Bisnis Franchise


Warung Nasi Goreng Rempah Mafia menjadi booming dan dalam waktu singkat telah membuka 28 cabang. Lalu pada tahun 2014, mendirikan Bakso Boedjangan yang sekarang sudah menjadi 25 cabang. Setahun kemudian, pada tahun 2015, Rex dan kawan-kawannya meluncurkan Warunk Upnormal.


Pada akhir tahun 2019, jumlah cabang Warunk Upnormal sudah berjumlah diatas seratus cabang. Satu cabang Warunk Upnormal biaya franchisenya antara Rp800 jt-Rp5 miliar.


Hanya empat tahun, Rex dan teman-temannya di CRP punya 113 cabang Upnormal, 25 cabang Bakso Boedjangan, 12 cabang Nasi Goreng Mafia, dan 6 restoran Sambal Karmila.


Warunk Upnormal ini awalnya melihat peluang bisnis kuliner bertema unik dengan lokasi dengan interior nyaman dan menarik hingga bisa dijadikan co-working space.


Bisnis semacam ini pada saat itu memang sedang menjamur di Indonesia, tampak dari kafe-kafe dan tempat makan sejenis yang tidak pernah sepi pengunjung.


Salah satu alasan pembentukan Warunk Upnormal ini adalah karena adanya kebutuhan anak muda akan tempat nongkrong yang murah, mengenyangkan namun masih bisa tetap eksis dengan tempat yang instagramable dan juga memenuhi kebutuhan mendasar anak muda jaman sekarang yaitu wifi dan colokan listrik.


Warunk Upnormal pun akhirnya hadir dengan salah satu makan legendaris favorit di tanah air, yakni mie instan. Namun franchise lokal milik PT Citra Prima Rasa (CRP) Group ini mengolah menu mie instan menjadi beragam jenis makanan unik yang diadopsi dari menu tradisional maupun internasional.


Sebagai contohnya adalah mie instan sambal matah, mie instan keju, mie instan rendang, mie instan telur asin (salted egg), dan sebagainya. Saat ini, Warunk Upnormal berjumlah 113 tersebar di 47 kota di seluruh Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lampung, Pontianak, Samarinda, dan Pekanbaru.


Warunk Upnormal juga menawarkan kerjasama dengan pengusaha atau pemodal lokal dalam bentuk franchise, dengan ketentuan:


Nama Brand : Warunk Upnormal

Badan Hukum : PT Cita Rasa Prima

Tahun Berdiri : 2014

Jumlah Outlet : 53

Proyeksi BEP : 28 Bulan

Modal Usaha (Min) : Rp4.759.500.000

Modal Usaha (Max) : N/A


Untuk estimasi biaya tercantum di atas masih dapat berubah bergantung beberapa kondisi sebagai berikut:


  1. Tergantung luas tempat dan kontrak kerja dengan kontraktor (Interval biaya Rp3 juta–Rp5 juta per meter persegi,)

  2. Minimal luas bangunan 450m² dengan lebar muka 10m dan tempat parkir luas (asumsi biaya sewa Rp300 juta/tahun) dibuat periode 6 tahun sesuai dengan hak penggunaan brand,

  3. Tidak termasuk biaya transportasi dan akomodasi untuk jasa standardisasi arsitektural desain bangunan,

  4. Tidak termasuk modal kerja (Working Capital) di bulan awal

  5. Tidak termasuk biaya non operasional seperti perizinan, preman, ormas, pemindahan pedagang di depan outlet, penaikkan daya listrik dan air


BELAJAR DARI GOJEK


Sumber gambar: www.cnbcindonesia.com


Berawal dari sebuah call center yang membantu para commuters untuk mendapatkan tukang ojek pada tahun 2010, perusahaan ini awalnya tak mengalami perkembangan yang signifikan, hingga pada tahun 2014 (setelah Uber dan Grab, memasuki Indonesia dengan car-sharing service nya) akhirnya para investor mulai tertarik dengan ide Ojek On Demand-nya.


Gojek adalah salah satu start-up paling panas di Indonesia, mendapatkan status Unicorn bahkan Decacorn dan merupakan sebuah perusahan teknologi konsumer terbesar di Indonesia.


Founder Gojek, Nadiem Makariem pun sempat menerima penghargaan Asian of The Year Award pada tahun 2016 dari The Strait Times, dan akhir-akhir ini perusahaan ini mendapatkan aliran dana lagi dari salah satu raksasa internet Tiongkok Tencent sebesar US$ 1.2 milliar. Gojek sendiri juga merupakan pemenang dari Fintech Award yang dianugerahkan oleh Bank Indonesia pada Juli 2017.


Gojek sangatlah berpengaruh besar pada perekonomian di Indonesia, yang pasti Gojek telah berhasil mengubah pola pikir orang Indonesia. Bahkan pendiri Gojek, Nadiem Makariem, telah dipilih dan diangkat Presiden Jokowi menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Maju Periode 2019 - 2024, dengan harapan mampu meningkatkan daya saing anak muda Indonesia menghadapi tantangan global di era teknologi digital ini.


Berikut sebuah tulisan dan analisa dari seorang Professor dan Pengusaha Erik P. M. Vermeulen dari Tilburg Law School yang sangat excited akan eksistensi Gojek di Indonesia. Dia ingin membuat dunia aware akan Gojek.Apa yang spesial dari Gojek? Apa yang membedakannya dengan Uber atau Grab, dimana kedua kompetitor ini juga telah meluncurkan ojek online juga di Indonesia? Yang jelas Gojek telah berhasil mengubah kebiasaan orang-orang.


Gojek telah memahami dan menerapkan tiga hal paling penting untuk memulai dan mengembangkan usaha di Era Digital:


1. Membangun sebuah Ekosistem


Gojek telah berhasil membangun bisnis sebagai ekosistem terbuka dan inklusif yang menarik user dan menghubungi semua stakeholder. Gojek jelas-jelas bukanlah sebuah “Ride Sharing Company”. Faktanya, Gojek bukanlah company/perusahaan secara tradisional. Gojek berbeda dari organisasi traditional yang mengurus aset dan pekerja dengan proses dan prosedur yang pasti dan statis.


Gojek mengambil pendekatan yang berbeda. Foundernya mempunyai pandangan yang visioner tentang bagaimana memanage dan mengembangkan usaha. Itu merupakan visi perusahaan yang bertujuan untuk meminimalisir hal-hal yang mematikan energi dan Ide-ide (pikirkan seperti birokrasi, peraturan dan hirarki).


Pendekatan leadership yang berdasarkan Freedom and Responsibility dapat menghidupkan aliran ide, bakat, dan pendapatan baru yang konstan dan terus menerus di dalam sebuah ekosistem.


Hal ini telah membuat Gojek sebuah ekosistem menarik yang menawarkan lebih dari sekedar jasa ride-sharing app. Saat membuka aplikasinya dalam smartphone kita, user dapat memilih segudang produk dan Jasa. Termasuk diantaranya GoRide, GoCar, GoSend, GoFood, GoMart, GoBox, GoGlam, GoClean, GoMassage, GoTix, GoMed.


Pada tahun 2016, ekosistem ini telah memiliki lebih dari 250,000 driver roda dua dan roda empat, 3,000 penyedia jasa, dan 35,000 merchant GoFood.


2. Andalkan Teknologi untuk menghasilkan Inovasi yang Konstan


Fokus dalam mendesain produk dan jasa inovatif yang akan mengumpulkan berbagai macam teknologi dan menghasilkan sebuah pengalaman user yang melekat dan susah untuk ditolak. Gojek adalah ekosistem yang paling berhasil di era digital, selalu fokus dalam mendesain dan menyalurkan produk dan jasa yang inovatif untuk platform/brand mereka. Produk dan Jasa ini mengumpulkan berbagai teknologi di seluruh sektor-sektor ekonomi.


Tujuannya? Untuk memberikan produk dan jasa yang dapat dengan mudah tersemat di kehidupan sehari-hari para penggunanya. Produk dan jasanya perlu cukup bobot hingga user mau untuk menggunakan platform tersebut untuk waktu yang lebih lama dan mempunyai peluang untuk melakukan lebih banyak di platform tersebut dibanding tempat lain.


Gojek paham akan hal tersebut. Model bisnis nya adalah dengan menggunakan teknologi untuk menemukan user lebih banyak untuk platform mereka, dan secara konstan memberikan mereka alasan tambahan untuk tetap terhubung secara intense dengan platform tersebut.


Dengan cara ini, semua (tak hanya users) dapat “dikunci” kedalam ekosistem Gojek. Jasa pengiriman Gojek contohnya, tidak hanya menguntungkan bagi driver dan customer. Merchant dan Penyedia Jasa Lain memandang Gojek sebagai penyelamat di “Ekonomi Jakarta yang terhambat Macetnya Lalu Lintas”


Gojek dengan aktif berinvestasi, berpartner, dan mengakuisisi perusahan-perusahaan startup teknologi untuk meningkatkan kemampuan teknologi Gojek.


3. Beradaptasi dengan Lingkungan


Elemen ketiga merupakan mengadaptasi demand spesific dari environment lokal. Hal ini juga yang membedakan Gojek dari kompetitor utama mereka, Uber dan Grab.


Service fintech mereka, Gopay, merupakan contoh besar pentingnya pengadaptasian bisnis model terhadap keadaan lokal. Gojek sukses memperkenalkan sistem pembayaran elektronik dan mobil di ekonomi Indonesia yang masih bergantung pada pembayaran cash. Telah diintegrasikan sejak April 2016, dan sekarang melayani lebih dari separuh transaksi yang terjadi di Gojek.


Pengenalan servis ini berhasil karena Nadiem dan teman-temannya menyadari kebutuhan dan demand dari environment lokal. Dia paham banyak usaha rumah tangga yang masih belum tersentuh bank di Indonesia.


PELAJARAN APA YANG BISA KITA AMBIL DARI WARUNK UPNORMAL & GO-JEK


Warung Upnormal dan Gojek memiliki ide dasar berbisnis yang sama yaitu bagaimana memanfaatkan realita sederhana menjadi sebuah bisnis yang tidak hanya mendatangkan keuntungan tetapi bisa menjadi pembawa perubahan dalam skala besar.


Mie instan dan ojek pangkalan adalah realita kehidupan. Murah, tidak dianggap penting dan tidak dipandang sebelah mata. Tetapi ditangan Rex Marino, Nadiem Makariem dan teman-temannya, image “murahan” dan tidak berkelas itu berubah menjadi sexy dan berkelas.


Kita pasti masih ingat ketika booming Gojek diawal-awal, banyak karyawan dengan latar belakang pendidikan tinggi rela melepaskan jabatan dan karirnya demi menjadi “tukang ojek online”. Tentu mereka memiliki alasan. Ya, karena income tukang ojek online ini bisa menembus lebih dari sepuluh juta per bulan, sementara gaji dikantor jauh dibawah angka tersebut.


Kompas tanggal 14 Agustus 2020, per tahun 2020 valuasi Gojek bahkan sudah jauh diatas PT Garuda Indonesia sebuah perusahaan penerbangan BUMN yang sudah berdiri dan beroperasional hampir seumuran dengan usia Republik Indonesia.


Valuasi Aset Gojek Jauh di atas Garuda Indonesia


Sungguh ironis sebuah perusahaan yang baru berusia 10 tahun, tanpa armada transportasi dan tanpa rumah makan, hanya sebuah aplikasi dan database user bisa mengalahkan sebuah perusahaan transportasi dengan armada ratusan pesawat Boeing dan Airbus dan gedung perkantoran di kota-kota besar di Indonesia dan luar negeri.


Sementara itu, Rex Marino dan teman-teman dengan Warunk Upnormalnya berhasil membabat habis stigma murahan pada mie instan. Derajat mie instan naik pangkat dari warung becek kumuh dipinggir jalan dan di gang-gang sempit, menjadi layak dan pantas dijajakan di kafe mewah nan elite instagramable senilai miliaran rupiah di sebuah gedung mewah atau mall-mall papan atas di kawasan elite.


Mie instan dan ojek pangkalan. Kasta terendah dalam rantai makanan dan rantai pekerjaan, bisa naik pangkat dan derajat menjadi kasta tertinggi.


Hitung-hitungan sederhana dengan modal untuk sewa tempat dan biaya franchise fee Warunk Upnormal sebesar Rp5 milliar dan diperkirakan Break Event Point (BEP) alias balik modal dalam 30 bulan, maka Warung Upnormal bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp170 juta per bulan.


Sangat menggiurkan dan sangat menguntungkan.


Dari Warung Upnormal dan Gojek kita bisa belajar bahwa:


1. Bisnis dimulai dari pola pikir atau yang biasa disebut dengan mindset.


Mindset untuk bisa mengambil peluang dari adanya kebutuhan pasar. Meskipun terlihat sederhana dan murahan tetapi jika dikemas dengan baik dan profesional akan bisa menjelma menjadi bisnis yang maha dahsyat.


Bisnis Prudential pun berasal dari kenyataan kehidupan sehari-hari bahwa agen asuransi yang masih dikesankan sebagai pekerjaan hina, murahan, rendahan dan tidak memiliki masa depan, tetapi di tangan entrepreneur yang memilki visi yang kuat dan kemampuannya seperti layaknya seperti Midas, segala sesuatu pun bisa diubah menjadi emas. Bisnis yang mengandalkan komisi "recehan" ternyata jika dikemas dengan baik akan menjelma menjadi sebuah bisnis yang maha dahsyat dengan omset ratusan miliar rupiah.


2. Untuk menjadi besar dan memberikan profit besar tidak cukup hanya dengan memiliki satu buah toko atau usaha saja.


Bisnis harus dikembangkan. Tetapi mengembangkan bisnis dengan kekuatan sendiri tentunya membutuhkan tambahan suntikan modal yang lebih besar lagi. Alternatif mengembangkan bisnis dengan menjual sistem dan pengalaman secara franchise adalah salah satu alternatif untuk mengembangkan bisnis menjadi lebih besar dan menjangkau market lebih luas lagi.


Pengembangan bisnis Prudential adalah sangat unik karena bisa menjadi franshisee (penerima waralaba) dan sekaligus menjadi franchisor (pemilik waralaba). Pada masa-masa awal, seorang agen dan leader adalah franchisee tetapi ketika sudah bisa membentuk jaringan besar dengan sistem sendiri yang kuat dan terbukti (proven), dengan otomatis akan menjelma menjadi franchisor yang akan memiliki potensi keuntungan sangat besar.


3. Tantangan dan masalah akan selalu bermunculan di setiap tahap pengembangan bisnis.


Oleh karena itu diperlukan kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk terus bisa menjadi pemimpin pasar. Digitalisasi bisnis menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa dielakkan lagi.


Tantangan dunia asuransi juga berbeda-beda seiring perkembangan jaman. Jika 10 tahun lalu tantangan terbesar adalah bagaimana masyarakat memahami konsep asuransi, tantangan masa kini adalah bagaimana masyarakat bisa memahami kebutuhan asuransi jiwa secara online, cepat dan efisien.


Beruntungnya pelaku bisnis Prudential tidak terlalu dipusingkan dengan masalah inovasi tekhnologi, karena Prudential Indonesia sendiri sebagai sebuah perusahaan prinsipal terkenal sangat cepat melakukan inovasi dan sangat kreatif. PruForce, Pulse, PRUcekatan, Easy Upgrade dengan OTP (One Time Password) adalah beberapa contoh inovasi Prudential yang sangat berhasil.


4. Tidak cukup hanya membangun sistem tetapi pelaku bisnis juga harus bisa menciptakan ekosistem sendiri.


Dalam beberapa waktu ke depan akan terjadi perubahan yang sangat signifikan di sektor bisnis di Indonesia. Di mana nantinya kebutuhan untuk membangun ekosistem pada sektor-sektor bisnis perusahaan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting demi keberlangsungan bisnis dan perusahaan.


Prudential dengan Pulse adalah salah satu upaya membangun ekosistem untuk tetap survive dan memimpin pasar asuransi jiwa. Itu karena sifat pasar dari kalangan milenial yang cenderung menginginkan punya satu produk apapun namun bisa untuk apa saja. Dengan Pulse nasabah bisa melakukan apa saja termasuk konsultasi dengan dokter karena terhubung dangan aplikasi Hallo Doc, banyak informasi, cek nilai tunai, eCard PPH plus untuk klaim rumah sakit dan lain-lain.


5. Beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi saat ini.


Hanya bisnis yang bisa beradaptasi dangan lingkungan dan kondisi saat ini akan survive. Karena itu, kebutuhan untuk menciptakan atau beradaptasi dengan teknologi digital pada setiap lini bisnis harus menjadi fokus para pelaku bisnis di sektor manapun. Sebab, cepatnya perkembangan teknologi memengaruhi semua lini bisnis dan perekonomian.


Prudential telah beradaptasi dengan kondisi saat ini. Salah satu contoh adalah Cekatan dan upgrade manfaat polis dengan OTP (One Time Password), pembayaran premi dengan channel-channel pembayarn offline dan online seperti Prupay link, Indomaret, Alfamart dan mobil banking.


Penulis:


Herman Josef SH

Diambil dari buku How To Start Right

94 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua
bottom of page