top of page

Miom


ree

Pengertian Miom


Uterine fibroid atau miom adalah benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di rahim. Miom atau fibroid uterus dapat tumbuh di dinding rahim bagian dalam maupun bagian luar.


Seorang wanita yang mengalami miom dapat memiliki lebih dari satu buah tumor di dalam rahimnya. Gejala miom yang muncul pada penderitanya bergantung kepada ukuran, lokasi dan jumlah tumor yang terdapat pada rahim.


Gejala Miom


Sebagian besar penderita miom tidak merasakan gejala apapun. Namun pada beberapa kasus, miom dapat menimbulkan gejala berupa perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama, dengan nyeri haid yang lebih parah dari biasanya. Meski begitu, miom tidak menyebabkan siklus haid menjadi tidak teratur.


Miom juga dapat menyebabkan keluhan pada perut, yaitu nyeri, perut terasa penuh, dan tampak membesar. Selain itu, miom dapat menimbulkan gejala berupa sering buang air kecil, sembelit, nyeri saat berhubungan seksual, serta nyeri punggung dan tungkai. Pada kasus yang jarang terjadi, miom bisa mengganggu kesuburan atau menyebabkan keguguran.


Kapan Harus ke Dokter


Nyeri perut saat menstruasi atau nyeri haid merupakan hal yang normal, dan umumnya muncul 1-2 hari sebelum menstruasi. Namun pada penderita miom, nyeri haid bisa terasa lebih hebat.


Segera hubungi dokter kandungan jika muncul nyeri yang tidak tertahankan saat menstruasi, apalagi bila menstruasi berlangsung lebih dari seminggu atau perdarahannya lebih banyak dari biasa, sampai perlu mengganti pembalut berkali-kali.


Penyebab Miom


Hingga saat ini penyebab terjadinya miom belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga terkait dengan munculnya miom. Faktor-faktor tersebut adalah:


  • Hormon. Hormon estrogen, yang dihasilkan indung telur (ovarium) dapat menyebabkan penebalan dinding rahim dalam siklus menstruasi. Penebalan tersebut dapat berkembang menjadi miom.

  • Kehamilan. Kehamilan dapat menyebabkan peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita, sehingga memicu terbentuknya mi

  • Riwayat penyakit dalam keluarga. Orang yang anggota keluarganya pernah menderita miom memiliki risiko lebih besar untuk mengalami miom juga.


Ada beberapa faktor lain yang membuat seorang wanita lebih berisiko terkena miom, yaitu berusia 30-50 tahun, memiliki berat badan berlebih, kekurangan vitamin D, memiliki kebiasaan minum alkohol, sering mengonsumsi daging merah, dan kurang mengonsumsi serat.


Selain faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya miom, terdapat juga faktor yang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit ini, yaitu riwayat melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita miom, dibanding wanita yang belum pernah melahirkan.


Diagnosis Miom


Seperti telah disebutkan sebelumnya, seorang wanita bisa tidak mengetahui bahwa dirinya terkena miom, karena sering kali miom tidak menimbulkan keluhan. Miom umumnya baru diketahui saat pemeriksaan rutin oleh dokter kandungan.


Namun bila pasien mengalami keluhan yang mengarah pada miom, dokter akan menanyakan dengan detail mengenai gejala yang dirasakan serta penyakit yang pernah diderita pasien. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan dalam.

Kemudian untuk memastikannya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:


  • Ultrasonografi (USG). Ada dua jenis USG yang digunakan untuk mendeteksi miom, yaitu USG perut atau USG transvaginal.

  • Magnetic resonance imaging (MRI). Hasil pencitraan ini bisa memperlihatkan ukuran dan lokasi miom dengan jelas.

  • Histeroskopi. Histeroskopi dilakukan untuk mencari miom yang menonjol ke rongga rahim dengan menggunakan selang kecil berkamera (histeroskop) yang dimasukkan ke rahim melalui vagina.

  • Laparoskopi. Pada laparoskopi, alat seperti histeroskop akan dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk melihat bagian dalam perut atau panggul. Prosedur ini dilakukan untuk mencari miom yang menonjol ke luar rahim.

  • Biopsi. Sampel jaringan tumor akan diambil ketika melakukan prosedur histeroskopi atau laparoskopi untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini, dapat diketahui apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.


Pengobatan Miom


Pada kasus miom yang kecil dan tidak menimbulkan gejala, tidak diperlukan pengobatan. Miom tumbuh dengan lambat dan biasanya akan menyusut saat menopause. Walaupun tidak perlu ditangani, Anda perlu melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan untuk memantau perkembangan miom.


Terapi Hormon


Pada miom yang menimbulkan keluhan, terdapat beberapa jenis terapi hormon yang bisa digunakan untuk meredakan gejala yang muncul, yaitu:


  • Pil KB. Pil KB dapat mengurangi perdarahan dan rasa sakit saat menstruasi.

  • Hormon progesteron. Hormon progesteron tambahan dapat menghambat pertumbuhan dinding rahim dan mengurangi perdarahan saat menstruasi. Hormon progesteron tersedia dalam bentuk pil atau suntik.

  • Gonadotropin releasing hormone (GnRH). Hormon ini akan membuat tubuh mengurangi produksi hormon estrogen, yang akhirnya dapat mengecilkan miom.

  • KB spiral levonorgestrel. Levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS), atau disebut juga KB spiral levonorgestrel, akan diletakkan di dalam rahim untuk memperlambat pertumbuhan dinding rahim dan mengurangi pendarahan.


Selain terapi hormon, obat tambahan berupa asam traneksamat dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), juga dapat diberikan dokter untuk menghentikan atau mengurangi pendarahan serta nyeri yang ditimbulkan oleh miom.


Tindakan Khusus


Jika gejala yang muncul akibat miom cukup parah dan pengobatan yang dilakukan tidak berhasil, penderita akan disarankan menjalani operasi. Berikut ini adalah beberapa operasi yang dilakukan untuk mengatasi miom:


1. Pengangkatan miom

Operasi pengangkatan miom dilakukan dengan melakukan penyayatan di perut (miomektomi). Miom juga dapat diangkat tanpa penyayatan, yaitu melalui alat khusus berukuran kecil menyerupai selang dan berkamera (histeroskopi). Karena rahim tidak ikut diangkat, pasien masih dapat memiliki keturunan setelah operasi.


2. Pengangkatan rahim

Prosedur operasi ini dilakukan untuk mengangkat seluruh rahim. Pengangkatan rahim (histerektomi) dilakukan jika ukuran miom cukup besar, terjadi pendarahan yang banyak, dan penderita tidak ingin memiliki anak lagi.


3. Embolisasi arteri rahim

Pada prosedur ini, pembuluh darah yang menyuplai jaringan miom akan disumbat, sehingga ukuran miom akan mengecil. Embolisasi arteri rahim disarankan pada wanita yang memiliki miom berukuran besar dan dilakukan oleh dokter radiologi yang terlatih untuk tindakan ini.


4. Ablasi endometrium

Dalam prosedur ini, miom pada dinding rahim akan diangkat menggunakan energi khusus, misalnya sinar laser atau gelombang mikro. Ablasi endometrium dilakukan untuk mengurangi perdarahan haid yang berlebih akibat miom.


Diskusikan kembali dengan dokter kandungan mengenai manfaat dan risiko berbagai tindakan tersebut, terutama bila Anda masih menginginkan untuk memiliki keturunan.

Meski telah diobati, baik dengan terapi hormon maupun tindakan khusus, miom berpotensi untuk tumbuh kembali di kemudian hari, kecuali bila telah dilakukan operasi pengangkatan rahim.


Komplikasi Miom


Meskipun jarang, ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh miom, yaitu:


  • Anemia. Perdarahan berlebih yang diakibatkan oleh miom bisa menyebabkan seorang wanita menjadi kurang darah atau anemia.

  • Mandul. Miom berukuran besar berpotensi menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk menempel pada dinding rahim, atau menghalangi sel sperma untuk mencapai sel telur, sehingga menyebabkan infertilitas atau kemandulan.

  • Masalah saat hamil. Miom, terutama yang berukuran besar, bisa mengganggu perkembangan janin dan menyulitkan persalinan. Selain itu, janin juga rentan mengalami kelahiran prematur.

Cek tautan ini untuk melihat : KISTA, TUMOR


Sumber : www.alodokter.com

Komentar


VOGADIGITAL
2025

bottom of page