Histerektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim. Operasi ini biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah pada sistem reproduksi wanita yang tidak kunjung membaik dengan metode pengobatan lain.
Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim umumnya direkomendasikan untuk pasien yang menderita penyakit tertentu pada sistem reproduksi dan sudah menjalani berbagai perawatan medis, tetapi kondisinya tidak kunjung membaik.
Meski demikian, histerektomi kerap menjadi pertimbangan tersendiri bagi wanita, sebab operasi ini membuat wanita tidak bisa hamil dan tidak mengalami menstruasi kembali meski belum menopause.
Histerektomi termasuk operasi besar, sehingga membutuhkan waktu pemulihan yang relatif lama. Namun, hal ini tergantung pada usia dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Berbagai Kondisi yang Memerlukan Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan untuk menangani beberapa kondisi berikut ini:
1. Menorrhagia
Menorrhagia adalah kondisi ketika jumlah darah yang keluar saat haid lebih banyak dari biasanya atau durasi haid lebih dari 7 hari. Para wanita yang mengalami gangguan ini bahkan perlu mengganti pembalut setiap 2 jam saat menstruasi.
Jika tidak segera ditangani, menorrhagia bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan berisiko menimbulkan komplikasi lain, seperti anemia.
Untuk menangani menorrhagia, dokter bisa memberikan pengobatan atau tindakan medis, seperti pengikisan lapisan dinding rahim atau ablasi endometrium. Namun, jika langkah tersebut tidak berhasil mengobati menorrhagia, histerektomi bisa menjadi pilihan.
2. Endometriosis
Endometriosis ditandai dengan pertumbuhan jaringan yang membentuk lapisan dinding rahim di luar rahim, seperti ovarium atau tuba falopi. Apabila masih terjadi di bagian lain rahim, misalnya otot rahim, kondisi ini disebut adenomiosis.
Gejala endometriosis bisa berupa nyeri panggul dan nyeri saat berhubungan intim, serta gangguan kesuburan. Endometriosis yang masih ringan atau tidak mengganggu kesuburan umumnya tidak perlu ditangani dengan histerektomi.
Namun, bila kondisi ini sudah berat atau menyebar ke bagian atau organ tubuh lain dan tidak membaik dengan pengobatan lainnya, dokter akan merekomendasikan histerektomi.
3. Fibroid rahim
Fibroid rahim adalah tumor jinak yang terdapat pada otot polos dan jaringan ikat di dinding rahim. Sebagian fibroid rahim tidak menimbulkan gejala, tetapi penyakit ini terkadang juga bisa menyebabkan gejala tertentu, seperti nyeri panggul, pendarahan menstruasi berat, dan masalah kesuburan.
Histerektomi biasanya dilakukan pada kasus fibroid rahim yang sudah parah dan berukuran besar atau menyebabkan perdarahan berat pada rahim.
4. Nyeri panggul kronis
Nyeri panggul kronis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti fibroid rahim, endometriosis, kanker, atau radang panggul. Sebagian penyebab nyeri panggul kronis bisa ditangani dengan obat-obatan.
Namun, jika keluhan ini tak kunjung membaik dengan obat-obatan, dokter bisa mempertimbangkan untuk melakukan tindakan medis tertentu, termasuk histerektomi, untuk mengatasi penyebab nyeri panggul kronis.
5. Turun peranakan
Kondisi ini terjadi saat rahim turun dari posisi normalnya dan menekan dinding vagina, sehingga rahim bisa keluar dari leher rahim (serviks) dan vagina. Kelainan ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah melahirkan normal berkali-kali.
Selain itu, kebiasaan merokok, konstipasi, batuk kronis, dan obesitas juga turut menjadi faktor yang bisa membuat wanita lebih berisiko mengalami kondisi ini.
6. Kanker
Para wanita yang menderita kanker pada organ reproduksinya, misalnya kanker rahim atau kanker serviks, biasanya perlu menjalani histerektomi, terutama jika kanker yang muncul sudah parah atau telah mencapai stadium 4.
Sementara pada kanker stadium awal, dokter masih bisa memberikan penanganan lain, seperti kemoterapi, radioterapi, atau operasi pengangkatan jaringan tubuh di lokasi tumbuhnya sel kanker.
Selain untuk menangani berbagai kondisi di atas, histerektomi juga bisa dilakukan untuk menangani kasus lainnya, seperti perdarahan berat setelah persalinan dan infeksi rahim yang berat atau endometritis. Operasi ini terkadang juga dilakukan untuk tujuan sterilisasi atau KB permanen.
Berbagai Metode Histerektomi
Histerektomi terbagi menjadi beberapa metode. Dokter akan menentukan metode yang tepat berdasarkan kondisi dan penanganan yang diperlukan pasien. Berikut ini adalah jenis-jenisnya:
Histerektomi radikal, yaitu pengangkatan rahim, serviks, rongga vagina bagian atas, dan jaringan pendukung sekitarnya
Histerektomi total, yaitu pengangkatan seluruh bagian rahim dan serviks
Histerektomi subtotal, yaitu pengangkatan bagian atas rahim tanpa melibatkan serviks
Histerektomi bilateral salpingo-ooforektomi, yaitu pengangkatan tuba falopi, dan ovarium atau indung telur
Selain beberapa metode di atas, histerektomi juga dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu:
Operasi konvensional
Teknik histerektomi ini kerap disebut operasi terbuka, yaitu prosedur yang dilakukan dengan membuat sayatan pada perut untuk mengeluarkan rahim dan jaringan lain di sekitarnya.
Prosedur MIP (minimal invasive procedure)
Setidakya ada dua cara melakukan histerektomi dengan metode ini, yaitu histerektomi vagina dan histerektomi laparoskop. Histerektomi vagina adalah prosedur pengeluaran rahim dan bagian lainnya secara manual melalui vagina.
Sementara itu, histerektomi laparoskopi dilakukan dengan bantuan tabung kecil atau laparoskop yang dimasukkan melalui sayatan dinding perut.
Dibandingkan operasi konvensional, MIP memiliki banyak keunggulan, seperti proses penyembuhan lebih cepat, risiko infeksi lebih kecil, dan rasa sakit lebih sedikit.
Namun, prosedur MIP, terutama melalui laparoskopi, biasanya memiliki harga yang lebih mahal dan risiko cedera organ lain lebih tinggi, misalnya cedera pada saluran kemih.
Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Histerektomi
Baik operasi histerektomi konvensional maupun MIP, keduanya memberikan risiko komplikasi, seperti pembentukan fistula vagina dan prolaps vagina, kesulitan menahan buang air kecil, perdarahan, serta infeksi luka dan cedera pada organ di sekitarnya.
Proses pemulihan operasi histerektomi biasanya memakan waktu 6–8 minggu. Namun, jangka waktu tersebut tergantung dengan tipe prosedur histerektomi yang dilakukan.
Selama masa pemulihan, Anda disarankan tidak mengangkat beban berat dan memperbanyak istirahat agar kondisi otot dan jaringan perut cepat membaik.
Bila Anda mengalami masalah pada sistem reproduksi disarankan untuk segera menjalani pengobatan, terutama pada penyakit kanker, agar tidak cepat menyebar ke organ lainnya,
Menjalani histerektomi bukanlah hal yang mudah bagi setiap wanita. Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter untuk memastikan apakah Anda memang perlu menjalani tindakan ini guna menangani kondisi medis yang Anda alami.
Sumber : www.alodokter.com
Comments